Kamis, 02 Agustus 2012

Love Story (Cerpen)

Kembali lagi dengan cerita kagak jolas :D
Moga terhibur aja deh baca ini cerpen, atau jangan-jangan malah tidur lagi sakin boringnya...

Yooo weesssssssss..............
Cekiddoootttttttttt,...................



LOVE STORY

Ini kisah ku. Kisah hidupku yang tak sempurna.
Aku hanya seorang gadis biasa yang memiliki sejuta keinginan dalam hidup. Aku ingin bahagia. Hanya itu. Mungkin itu tak bisa terwujud. Huh.... mengapa aku bisa berkata kalau hidupku tak bahagia. Cuma ada satu kalimat yang tepat mengungkapkannya. Kasih sayang orang tua. Walaupun aku tak mendapatkan itu, aku tetap bersyukur karna masih ada orang-orang disekitarku yang menyayangiku.
Namun kasih sayang itu hanya ku rasakan sesaat. Tuhan terlalu sayang kepada ku dan memberikan suatu kenyataan yang tak pernah tebayangkan olehku.
*
Pagi hari. Aku mulai melakukan aktifitas ku sebagaimana biasanya yaitu pergi kesekolah berjumpa sahabat-sahabat ku dan mendapatkan sedikit kasih sayang disana.
bi mama sama papa mana ?” tanya ku seraya menuruni anak tangga.
nyonya sama tuan udah berangkat dari tadi pagi non, katanya ada meeting mendadak di luar kota” ucap bi Minah pembantu ku.
Yap... Papa dan Mama ku adalah seorang pebisnis handal yang tak diragukan lagi kualitasnya. Namun karena kehandalannya itulah mereka jadi jarang menemani anak sematawayang mereka. Aku adalah anak tunggal dan itu membuatku kesepian setiap aku kembali mengijakkan kaki ku ke rumah maha megah ini.
Cuma bi Minahlah yang selalu menemani ku. Beliau telah bekerja di rumah ku sejak aku kecil, jadi hingga aku dewasa hanya bi Minahlah memberikan kasih sayang seorang ibu yang tak pernah kurasakan dari ibu kandungku sendiri. Aku jadi curiga, apa aku sempat diberi ASI oleh ibu kandungku ? Huh... Sudahlah tak perlu dibahas.
oh, ya udah deh bi aku langsung berangkat kesekolah ya” ucap ku kepada pembantu kesayangan ku itu, kemudian melangkahkan kaki ku meninggalkan dapur. Namun sesaat berhenti karna ucapan bi Minah.
tapi non belum sarapan, lebih baik sarapan dulu non baru kesekolah” ucap bi Minah lagi.
Akupun berbalik menghadap bi Minah dan kembali berjalan mendekatinya “aku sarapan di sekolah aja bi nanti keburu siang” ucap ku sambil tersenyum. Kemudian aku sedikit membungkukkan badan ku dan memeluk erat bi Minah “aku sayang banget sama bibi. Makasih ya bi perhatiannya” kata ku masih memeluk bi Minah.
iya non” ujar bi Minah pelan seraya mengelus pelan punggung ku.
Kemudian aku kembali menegakkan badan ku dan berjalan keluar rumah menjumpai pak Yadi supir pribadiku yang selalu Stand By mengantar ku kemana saja yang ku mau.
*
Tak lama akupun tiba disekolah dan menuju kelas ku. Baru saja aku menjejakkan kaki ku di mulut pintu, teriakkan sahabatku langsung mendobrak kendang telinga ku. Rasanya aku ingin langsung membasmi manusia satu itu supaya tidak berteriak seenak jidatnya aja.
VIIAAAA.....”
Aku menghela napas pelan sambil menutup kedua telinga ku, dan sedetik kemudian membalikkan badan ku menghadap orang yang meneriakkan namaku.
apaan sih Shill, teriak mulu kerjaan loe” gerutu ku kesal sambil melototkan mata ku kearahnya.
wetss... santai ngapa loe Vi, sensi amat pagi-pagi” ucap Shilla cengengesan setelah berlari-lari ria mengejarku sampai kedepan pintu kelas ku.
siapa yang ga marah, tiap hari namanya terus diteriakkin. Ga nyante pula tu” kesal ku sambil berjalan memasuki ruang kelas ku dan duduk di bangku ku.
yaelah gitu aja sewot neng. Untung nama loe yang gue teriakkin bukan nama pacar loe” ucap Shilla santai.
TUUKKK
Satu jitakkan menggunakan Handphone sukses mendarat dikepala Shilla dengan mulus.
Adauuwwww... Sakit gila. Gue tau loe orang kaya, jitak gue pake Handphone segala” gerutu Shilla sambil menahan rasa sakit dikepalanya.
makanya ga usah bawa-bawa pacar gue loe”
iya iya... gue tau yang cinta mati sama Tuan Muda Sindhunata” ledek Shilla yang masih mengelus pelan jidatnya.
ape loe katelah”
*
Bel istirahat telah menggema beberapa menit yang lalu, semua manusia penghuni SMA Visca High School berbondong-bondong menuju kantin minta jatah makanan. Tak terkecuali aku.
Sekarang aku dan Shilla tengah menikmati makanan kami dengan lahap. Terutama aku yang sedari pagi belum sarapan.
hey Vi, makan kok ga ngajak-ngajak sich ?” ucap pangeran hatiku setelah mendaratkan pantatnya tepat disamping ku.
hehehehe... Sorry. Gue laper banget, tadi ga sempat sarapan dirumah. Jadi pas bel bunyi langsung ke sini aja” cengir ku sambil menolehkan kepala ku ke arah Alvin. Pacar ku.
iya tu vin. Pacar loe gila banget. Belum juga bu Uchi keluar kelas dia malah maen tarik tangan gue aja ke luar kelas. Untung bu Uchi orangnya baik, jadi ga marah dia karna ada murid yang ga sopan sama dia” ucap Shilla ga nyante.
Aku hanya cengar-cengir gaje.
dasar anak bandel” ucap Alvin sambil mengacak pelan rambut ku.
heh... ga jual kacang ya disini” sewot Shilla melihat kemesraanku dengan Alvin.
makanya cari pacar dong biar ga jual kacang terus” ledek ku kepada Shilla yang sukses memanyunkan bibirnya.
hahahaha.... Jelek loe Shill” tambah Alvin.
*
Sudah hampir 15 menit aku menunggu Alvin di parkiran, namun orang yang ditinggu-tunggu ga nongol-nongal juga. Huft... Mana sich tu orang, akukan udah kayak orang ga jelas berdiri terus diparkiran.
Ga lama Alvin datang menghampiriku dengan napas satu dua. Memang sih aku liat dia tadi lari tunggang langgang menghampiri ku, jadi niatnya pengen marah-marah jadi ga jadi dech karna liat mukanya yang kecapekan habis lari-lari tadi.
hhh... Sorry vi tadi pak Duta manggil gue, makanya lama nyampek parkirannya” sesal Alvin.
iya deh, gue tau yang kapten basket pasti sibuk ngurus tim basketnya” ucap ku pelan dan memberikan sedikit nada jutek di tengah-tengah kalimat.
Sorry deh, lain kali ga bakal terlambat lagi gue” ujar Alvin kini dengan tampang melas.
hahahaha... ga papa kok Alvinku sayang, gue ngerti kok” ucapku sambil tertawa.
yeee... kirain loe marah sama gue”
hehehe... gue ga akan bisa marah sama loe”
makasih ya sayang” ujar Alvin sambil mendekat kearah ku dan ingin memelukku.
eitss... masih dilingkungan sekolah. Ga boleh peluk-peluk” cegah ku.
oh, berati kalau diluar sekolah boleh dong” ucap Alvin sambil melirikku jail.
Hadehh... salah ngomong deh gue tadi. Jadi malukan gue sama ni anak’ batin ku berucap sambil menundukkan kepalaku dan menyembunyikan wajah ku yang pastinya udah kayak tomat.
eehhh... emm... ga gitu juga kali Vin”
hehehehe.... iya.. iya.. ayo, ntar kesoreaan lagi” potong Alvin seraya menarik tangan ku menuju mobilnya.
emang kita mau ke mana vin ?” tanya ku pada Alvin.
adah deh. Pasti nanti loe suka” kata Alvin sambil tersenyum manis kearah ku dan melajukkan mobilnya.
Disepanjang perjalanan terjadi keheningan diantara kami. Aduh... akukan paling ga bisa diam-diaman kaya gini. Trus, tumben-tumbenan hening gini. Biasanya juga rame. Ga biasanya deh.
Sekitar 40 menit kemudian Alvin memberhentikkan mobilnya di suatu tempat yang sangat asing bagi ku. Kemudian Alvin turun dari mobilnya dan segera memutar kemudian membukakan pintu untukku. Aku masih bingung kenapa Alvin membawa aku ke sini. Dihadapan ku hanya terdapat semak-semak tak terawat.
Aku menahan tangan Alvin sebentar tanpa menatap Alvin “kita ngapain kesini Vin ?” tanya ku bingung.
udah loe ikut aja. Pasti loe ga nyangka ada tempat begituan disini” Alvin semakin membuatku penasaran.
Alvin menarik tanganku perlahan melewati semak-semak itu, dan betapa terkejutnya aku ada lapangan basket didaerah seperti ini dilengkapi dengan suasana danau yang tenang di tepi sebelah kanannya.
Aku berdecak kagum. Belum pernah ku lihat termpat seperti ini. Ya walaupun lapangan basketnya sedikit tidak terawat dan danau yang tepinya banyak berserakkan daun-daun kering yang berguguran, namun tidak mengurangi keindahan ciptaaan Tuhan yang satu ini.
Ku palingkan wajahku menghadap Alvin “loe tau dari mana tempat sebagus ini ?” tanya ku.
beberapa minggu yang lalu gue ga sengaja jalan-jalan dekat sini sambil drible bola basket gue, trus ga sengaja bolanya masuk ke dalam semak-semak ini. Mulai dari situ gue tau ada tempat sebagus ini. Dan loe orang yang pertama kali gue ajak kesini” jelas Alvin kepada ku.
Aku sedikit mengenyitkan dahi, ngapain Alvin jalan-jalan sampai kesini. Mengerti akan raut wajah ku yang berubah, Alvin kemudian menarik tangan ku ke tepi danau.
loe liat rumah disana ?” tanyanya dan aku mengangguk “itukan rumah oma gue, jadi lapangan basket ini dekat sama rumah oma gue” jelasnya dan aku menganggukkan kepala ku mengerti.
Kemudian Alvin mengambil bola basket yang entah dari mana asalnya “mau main ?” akupun mengangguk senang.
Aku dan Alvin berjalan ketengah lapangan basket. Saling berhadapan, kemudian kami mulai memainkan si kulit orange itu. Walaupun aku kurang memahami permainan basket, aku tetap semangat mendrible bola itu dan melemparkannya ke dalam ring.
Waktu berjalan begitu cepat. Aku yang kelelahan langsung duduk ditengah lapangan basket itu dan di ikuti oleh Alvin yang langsung memberikan sebotol air mineral kehadapan ku seakan tahu apa yang ku butuhkan.
capek ya ?” tanyanya.
banget”
yaudah yuk, kita duduk-duduk dipinggir danau itu. Kayaknya seru deh” ajak Alvin dan aku hanya mengangguk mengiyakan ajakannya itu.
Kami duduk berdampingan di bawah pohon. Aku menyenderkan kepala ku di pundak Alvin, kemudian Alvin melingkarkan tangannya ke tubuh ku dan menarikku ke dalam pelukkan hangatnya.
gue seneng banget hari ini vi bisa berduaan sama loe. Loe seneng ga ?” tanyanya seraya mengelus pelan puncak kepala ku dan mengecupnya sesaat.
Aku hanya menganggukkan kepala ku menikmati setiap momen bersama orang yang paling aku sayangi.
gue sayang banget sama loe vi” ujar Alvin kemudian melirikku.
Raut wajah alvin seketika berubah kemudian memegang wajahku dengan keudua tangannya.
loe kenapa vi ? kok pucat banget ? loe sakit ya ? kalau gitu kita langsung pulang aja ya ?” panik Alvin ketika menyadari perubahan pada wajah ku.
gue ga papa vin. Palingan Cuma kecapekan dong kok. Ga usah lebay deh” ucap ku santai menanggapi kepanikkan Alvin.
beneran lo ga papa ?” tanyanya memastikan.
Memang sih kepala ku sedikit berdenyut. Tapi begitu melihat kecemasan Alvin ketika melihat ku, aku sedikit melupakan sakit dikepala ku dan tersenyum melihat ke arahnya.
Kamipun akhirnya pulang dan Alvin mengantarkan ku ke rumah. Sesampainya disana aku langsung menyuruhnya pulang dan beristirahat.
*
Matahari kembali menyinari bumi dan semua manusia memulai aktifitasnya seperti biasa.
Aku melihat jam weaker yang duduk manis di meja samping tempat tidurku. Aku mencoba membangkitkan badan ku menuju kamar mandi namun badan ku tak bergerak. Tubuhku lemas dan kepala ku semakin sakit. Aku tak tahu apa yang tengah terjadi kepada ku.
apa mungkin kerena kelamaan main basket jadi aku ga bisa bangun gini ?’ pikir ku.
Akupun berusaha menggerakkan alat ucap ku memanggil bi Minah, namun butuh perjuangan keras untuk bisa mengucapkanya.
bii... bii Minahh...” teriak ku pelan.
Bi Minah belum juga datang ke kamar ku. Akupun mencoba sekali lagi memanggil bi minah dengan suara yang lebih keras.
bii... bii Minah...” panggil ku lagi dan kini berhasil, terdengar sautan dari bi Minah yang mungkin saat aku memanggilnya ia sedang berada di lantai atas.
iya non sebentar”
Tak lama pintu berdecit pelan menandakan seseorang tengah membuka pintu kamar ku dan ku yakin itu bi Minah. Dan benar saja sekar bi Minah telah berada tepat disamping kanan ku.
iya non... ada apa ?” tanyanya.
bi Via lemes banget. Kayaknya ga bisa ke sekolah deh bi” ucap ku pelan.
non Via sakit. Aduh non, kenapa bisa sakit sih ?” bi Minah tampakknya sangat khawatir terhadap keadaan ku.
Aku hanya tersenyum kemudian berkata “aku ga papa kok bi, Cuma kecapekan aja palingan”. Aku menghela napas sejenak “bi tolong ambilkan Handphone aku dong di atas meja itu” ucap ku kepada bi Minah.
Segera bi Minah mengambil Handphoneku dan memberikkannya kepada ku “makasih bi” ujar ku tersenyum.
iya sama-sama non. Kalau perlu apa-apa panggil bibi aja ya non” aku hanya mengangguk dan kemudian bi Minah keluar dari kamar ku.
Ku alihkan pandanganku ke arah Handphone ku dan mengetikkan beberapa digid angka yang sudah ku hapal, tak lama terdengar suara sautan dari seberang sana.
halloo Vi, loe dimana ? gue cari kekelas kok loe belum datang ? tumben banget” cerocos Alvin.
Aku tersenyum menanggapi kebawelan pacar ku ini “gue ga masuk kesekolah hari ini Vin. Loe izinin gue ya” ucap ku dengan suara pelan.
loe sakit Vi ? kok ga bilang sih ? guekan bisa jagain loe ?” aku hanya tersenyum.
udah loe sekolah aja. Gue ga papa kok, Cuma kecapekan aja” terang ku.
yaudah loe istirahat aja ya. Nanti pulang sekolah gue langsung ke rumah loe” ucap Alvin.
Kemudian aku menutup sambungan telpon ku dan mencoba memejamkan mata walau susah karna sakit dikepala ku kian menambah.
*
CLEKK
Pintu kamarku terbuka perlahan. Ku lihat Alvin memasuki kamarku dengan menenteng sekeranjang buah-buahan. Aku tersenyum melihatnya.
loe kok bisa sakit sih Vi ? pasti gara-gara kemaren gue ngajakin loe main basket deh, makanya loe sakit kayak gini” ucap Alvin setelah tepat duduk disamping ku.
enggak kok, jangan nyalahin diri sendiri gitu dong. Akukan Cuma kecapekan” ujarku pelan menatap Alvin.
emm... loe udah makan Vi ? udah minum obat ? trus tadi udah panggil dokter kesini ?” tanya Alvin.
nanya itu satu-satu kali Vin” aku tersenyum sejenak “gue belum makan, belum minum obat, juga belum panggil dokter. Hehehehehe” aku ku.
aduh Via, kenapa belum sih ?” Alvin menghela napas sebentar “yaudah kalu gitu, loe sekarang makan udah gitu langsung gue antar loe ke rumah sakit” ucap Alvin.
Aku menggeleng “gue ga mau ke rumah sakit” tolakku.
ck” Alvin mendecakkan lidahnya pelan “oke kalau loe ga mau ke rumah sakit, tapi loe harus makan. Loe tunggu disini jangan kemana-mana” Alvin langsung meranjak dari kamar ku, tanpa ada persetujuan terlebih dahulu dari ku.
Aku hanya menggelengkan kepala ku perlahan melihat tinggkah kekasih ku itu.
nih... gue udah bawa makanan kesukaan loe. Jadi loe harus makan sekarang. Gue suapin deh” uajr Alvin sambil mengambil posisi duduk seperti tadi.
Aaa...” akupun membuka mulut ku dan mengunyah makanan itu perlahan.
loe harus makan biar cepat sembuh, kalau udah sembuhkan bisa kesekolah lagi. Trus jumpa deh sama pangeran Alvin yang ganteng ini” ujar Alvin narsis.
TOIINGGG
Satu toyoran mendarat tepat dijidat Alvin. Ia pun mengaduh pelan seraya mengelus kepalanya yang menjadi sasaran toyoran ku.
sakit tau”
loe sih, pake narsis-narsisan segala”
hehehehe.... sekali-sekalikan ga papa Vi” Alvin nyengir dan akupun ikut tersenyum melihat ulahnya.
*
Auwww” rintihku pelan dan sedetik kemudian tanganku memegangi kepalaku yang berdeyut hebat.
Sudah kesekian kalinya kepalaku sakit. Dan sakit itu semakin lama semakin menjadi, dan akupun tak sanggup lagi menahanya. Tangankupun meraih meja yang tak jauh dari ku. Memegangnya erat sambil merintih kesakitan. Aku menggigit bibir bawahku untuk mengurangi sedikit rasa sakitnya. Lama kelamaan pandanganku mengabur dan gelap.
*
Mataku mengerjap perlahan, menyapu seluruh ruangan yang asing bagi ku. Putih. Itu yang kulihat. Seketika aroma zat-zat kimia berbondong-bondong masuk kedalam indera penciuman ku dan aku tahu ini dimana.
Yap... aku sekarang berada di sebuah ruangan yang pastinya ruang rawat sebuah rumah sakit. Kemudian kepalaku bergerak kesebelah kananku dan kutemukan seseorang yang sangat ku kenal.
Aku mengangkat tangan kiri ku yang bebas dan mengelus perlahan puncak kepalanya. Mungkin gerakan tanganku tadi sedikit mengganggunya. Dan terbukti matanya mengerjap dan melihat kearahku.
ehhmm.... loe udah sadar Vi ?” aku tersenyum mengangguk.
kenapa gue bisa disini Vin ?” tanya ku dengan suara serak.
tadi pagi bi Minah nelpon gue, katanya loe pingsan. Yaudah gue langsung aja datang ke rumah loe” jawab Alvin seraya mengelus pipiku lembut.
jadi loe ga sekolah dong ?” tanya ku dan Alvin menggeleng pelan sambil tersenyum.
guekan mau nungguin loe siauman Vi, makanya gue izin aja dari sekolah. Hehehe”
Dasar Alvin pasti seneng tuh hari ini ga masuk kelas. Aku tau hari ini ada pelajaran Fisika, pelajaran yang paling tidak disukainya. Tapi kenapa ia memilih jurusan IPA. Ckckckckc dasar Alvin aneh.
oya Vi, loe kok bisa tiba-tiba pingsan sih ? loe sakit apa ?” tanya Alvin.
gue juga ga tau Vin. Emang sih akhir-akhir ini kepala gue sering pusing, tapi baru kali ini sampe pingsan” jelas ku kepada Alvin.
loe udah pernah cek ke dokter ?” aku menggeleng.
dasar, males banget sih kalau udah disuruh ke dokter” aku hanya nyengir menaggapinya.
eh Vi, tadi dokter nanyain orang tua loe tuh. Katanya ada yang pengen diomonginnya sama orang tua loe, trus gue jawab aja kalau orang tua loe lagi di luar kota jadi ga bisa datang kesini” raut wajahkupun berubah.
loe kenapa Vi ?” cemas Alvin “ada yang sakit ? kepala loe pusing lagi ? gue panggilin dokter ya ?” tanya Alvin semakin cemas.
Air matakupun menetes perlahan membasahi pipiku.
Alvin semakin bingung “aduh Vi, kok loe nangis sih ? gue panggil dokter bentar ya, loe tunggu disini” ujar Alvin dan melangkahkan kakinya menuju pintu.
Belum sempat kakinya melangkah meninggalkanku, aku menahan pergelangan tangannya. Alvin memballikkan tubuhnya dan melihat kearahku.
gue kangen orang tua gue Vin” ucapku akhirnya setelah beberapa menit tak mengucapkan sepatah katapun.
Alvin kemudian mendekat kearahku dan memelukku erat, akupun membalas pelukkannya.
iya gue tau. Lagiankan orang tua loe itu ninggalin loe itukan untuk kerja, dan itu untuk loe jugakan” aku mengangguk pelan.
tapi Vin, mereka tuh udah hampir ga pernah ada waktu buat gue. Bahkan nanyain kabar gue aja enggak” aku semakin terisak.
Alvin semakin mengeratkan pelukkannya “loe sabar ya. Mungin mereka lagi sibuk” bela Alvin.
sesibuk apa sih mereka, sampai tega ngabaiin gue. Anak mereka sendiri ? apa gue ga ada artinya ya sama mereka ? guekan kangen sama mereka. Dari kecil gue Cuma berdua aja sama bi Minah” aku mengeluarkan seluruh unek-unekku kepada Alvin “guekan butuh kasih sayang dari orang tua gue. Gue butuh kasih sayang yang utuh. Gue ga butuh harta, gue ga butuh ketenaran, gue Cuma butuh orang tua gue. Cuma itu. Gue Cuma butuh kasih sayang dari orang tua gue. Emang sulit ya, ngasih sedikit perhatian mereka ke gue ? huhh...” aku semakin terisak dalam pelukan Alvin.
Alvin mendengarkan semua unek-unek ku sambil mengelus pelan kepala ku, “mereka itu sayang kok sama loe. Loe ga boleh berperasangka buruk gitu dong. Ga baik tau. Yaudah kalau gitu, loe istirahat aja. Ga usah fikirin lagi. Oke “ ujarnya seraya melepas pelukannya dan menatap kedua bola mata ku. Akupun menangguk.
gue akan selalu ada disamping loe Vi, gue ga akan tinggalin loe. Karna gue sayang sama loe. Sayang banget malah’ batin Alvin tersenyum.
Aku kemudian berbaring di tempat tidur ku dan mencoba memejamkan mata ku sambil menggengam erat jemari Alvin. Perlahan tapi pasti Alvin mengelus puncak kepala ku dan sesekali mengecup punggung tangan ku.
*
Yeeeeee.... akhirnya aku sekolah lagi. Udah kangen nih sama sekolah tercinta. Ya walaupun dirumah sakit Cuma dua hari, tapi seperti dua bulan rasanya ga sekolah. Oke mungkin terlalu berlebihan, tapi itu yang ku rasakan.
pagi Shilla...” sapa ku pada sahabatku yang satu ini.
eh Vi, loe udah sembuh ?” tanya Shilla “sorry ya gue ga bisa jenguk loe dirumah sakit. Soalnya kemaren pak Dave ngasih gue tugas bejibun. Mentang-mentang gue sekertaris OSIS, jadi dia seenaknya aja ngasih gue tugas segitu banyak. Padahalkan masih ada anggota OSIS lain yang bisa gantiin gue ngerjain tu tugas, dasar pak Dave ga senang liat orang senang” aku melengos mendengar celotehan Shilla yang ga putus-putus, seakan mengerti perubahan raut wajah ku Shilla nyengir sambil berkata “Sorry ya, gue keterusan. Hehehehe” akupun Cuma bisa geleng-geleng kepala.
berhubung gue cantik, oke loe gue maafin”
yeee... ga nyambung bego”
biarin wekk” ujarku seraya menjulurkan lidah ku.
*
Aduh sebenarnya aku sakit apa sih ? kenapa pusing di kepalaku kembali lagi dan kali ini bertambah parah. Aku mengerjapkan mataku sejenak sambil menggelengkan pelan kepalaku. Aku merasakan sesuatu mengalir di hidungku, perlahan tanganku meraba bagian hidung ku dan betapa terkejutnya aku ketika di tangan ku terdapat bercak darah.
Aku segera berlari kekamar mandi sekolah dan membersihkan bercak darah itu. Ku ambil air untuk membersihkan darah yang masih mengalir dari kedua lubang hidung ku, setelah bersih akupun memandang pantulan wajah ku di cermin.
sebenarnya aku kenapa sih ? kok bisa keluar darah sih dari hidung ku ?’ akupun bertanya-tanya dalam hati. Penasaran.
*
Kakikku melangkah pelan menuju ruang dokter yang beberapa waktu lalu telah mengambil sample darah ku untuk diteliti. Akupun menguatkan hatiku untuk mengetuk pintu ruangan dokter itu.
Tokk... Tokkk... Tokkk....
masuk” terdengar teriakkan dari dalam ruangan tersebut.
em... dok gimana hasil pemeriksaannya udah keluar ?” tanyaku gugup.
sembelumnya saya mau tanya” akupun mengangguk pelan “anda kesini dengan siapa ? apakah orang tua anda tidak ikut menemani anda ?” aku menggeleng pelan.
mereka sibuk dok. Mereka ga sempat menemani saya kesini. Sebenarnya saya kenapa dok ? kok sepertinya serius sekali ?” tanyaku penasaran.
em... saya harap anda bisa sabar mendengar penjelasan saya nanti” akupun mengangguk cepat.
Kemudian dokter itupun menarik napas sejenak dan menyerahkan sebuah amplop kepada ku. Aku mengenyitkan dahi kemudian melihat kearah dokter itu. Ia mengangguk dan secara perlahan aku membuka amplop tersebut.
Tubuhku bergetar ketika membaca isi amplop itu. Air mataku menetes dengan derasnya. Seketika itu kertas hasil laboratorium itu terjatuh. Tanganku lemas, seakan kertas tadi bertambah berat beribukali lipat.
anda yang sabar, semua pasti ada hikmah dibalik semua cobaan yang Tuhan berikan kepada kita. Tuhan takkan memberikan cobaan kepada umatnya melampaui batas kemampuan umat manusia. Saya yakin anda orang yang Tabah” Ucap sang dokter menenangkan.
terima kasih dok” ujar ku pelan seraya meninggalkan kantor dokter itu.
Pikiranku kacau sekacau-kacaunya. Aku menghapus kasar air mata ku dan menuju parkiran menemui supir ku dan kembali pulang kerumah.
Sepanjang perjalanan aku hanya termenung. Pandangan ku kosong keluar jendela. Seakan mengetahui perubahaan terhadap diriku, pak Yadi memberanikan bertanya.
non Via kenapa ? kok ngelamun gitu ?” tanyanya khawatir.
Aku terkisap dari lamunan ku kemudian memandang ke arah pak Yadi yang sedang menyetir “aku ga papa kok pak, Cuma lagi kangen sama mama dan papa aja” elakku.
Pak Yadipun mengangguk mengerti dan keheningkan kembali terjadi hingga sampai di rumah.
*
Pagi ini aku datang kesekolah dengan suasana hati tak menentu. Pikiranku melayang-layang entah kemana. Tak tahu kenapa tiba-tiba aku menambrak seseorang, mungkin karna fikiranku yang kurang fokus.
eh sorry sorry gue ga sengaja” akupun langsung minta maaf kepada orang yang ku tabrak barusan tanpa melihat siapa orangnya.
Vi loe kenapa sih kok bisa nabrak gue gitu ?”
Ahh... aku mengenal suara ini. Alvin, ini suara Alvin. Akupun mendongakkan kepalaku melihat ke arahnya. Terlihat jelas raut wajah Alvin yang menunjukkan keheranan.
eh Alvin... gue ga papa kok” dalih ku namun Alvin tak mudah percaya.
yakin loe ga papa ? kayaknya loe kenapa-kenapa deh Vi” tanya Alvin lagi “trus muka loe kenapa kok pucat gitu ? loe sakitnya ?” tanya Alvin kesekian kalinya sambil meletakkan punggung tangannya kekening ku.
Aku menampik pelan tangannya “gue ga papa Vin, yakin deh sama gue” ujarku lagi meyakinkan.
Yaudah, kalau ada apa-apa loe langsung panggil gue. Oke” ucap Alvin. “kalau gitu, yuk gue antar loe sampe kelas loe” aku pun menganggukkan kepalaku.
*
Kali ketiga hidung ku mengeluarkan darah segar dalam seminggu terakhir ini. Lama-kelamaan tubuhku menyusut dan aku mulai takut. Aku takut meninggalkan orang-orang yang ku sayangi. Terlebih Alvin.
Aku mengusap pelan darah yang mengalir dari hidungku namun tak jua berhenti. Rasa pusing yang sangat kini mendera kepalaku lagi. Dan kali ini lebih sakit dari yang kemaren-kemaren. Tak lama tubuhku limbung dan tak sadarkan diri.
*
Huffttt..... Rumah sakit aku sudah hapal baunya. Aku mengerjapkan mata ku pelan dan terdengar suara Alvin ditelinga ku.
Vi loe udah sadar ? gue panggil dokter dulu ya” aku mengangguk.
Tak lama dokter datang menghampiriku disusul dengan Alvin dibelakangnya. Dokter menghela napas pelan dan menggeleng.
bagaimana keadaan Via dok ?” tanya Alvin.
keadaan suadara Via semakin memburuk. Penyakit itu berkembang sangat cepat dan itu diluar dugaan saya” Alvin bingung dengan perkataan dokter itu.
kalau begitu saya keluar dulu, dan sebaiknya saudara Via beristirahat saja. Jangan terlalu memforsir tenaga anda” akupun mengangguk lemah kemudian dokter itu beranjak meninggalkan aku dan Alvin.
Alvin berjalan menghampiriku. Wajahnya terlihat sangat bingung dengan perkataan dokter barusan. Aku mencoba tersenyum kearah Alvin dan meraih tangannya lembut.
sebenarnya kamu sakit apa sih Vi ? jangan buat aku khawatir dong” tanya Alvin.
maaf ya Vin aku nyembunyiin ini dari kamu. Sebenarnya aku mengidap Kanker Otak stadium akhir, dan umurku ga akan lama lagi” ucap ku berusaha tegar.
Bagaikan petir disiang bolong, kenyataan itu membuat Alvin menggeleng tak yakin.
ga, ga mungkin. Kamu bercandakan Vi. Jawab dong Vi. Loe bercandakan, yang loe bilang tadi ga benerkan ?” aku berusaha tersenyum walau setetes air mata mengalir dipipiku.
sayangnya itu ga bercanda Vin. Itu semua kenyataan Vin” ucapku menegaskan.
Seakan tak siap menerima kanyataan ini Alvin terduduk lemas di kursing samping tempat tidur ku. Tetes demi tetes air mata jatuh dari bola matanya. Aku mencoba meraih wajah Alvin dan mengahapus butiran air itu.
jangan nangis dong. Masa pacarnya Via nangis sih, ga gentle banget deh” ledek ku mencoba menenagkan suasana yang ada.
kamu jangan nangis ya sayang. Aku butuh dukungan kamu. Liat aku dong aku aja ga nangis kok, masa kamu yang nangis sih” ujar ku lagi.
Kuraih perlahan kedua tangan Alvin. Menguatkannya. Alvin kini menatapku, kedua mata kami saling beradu dan detik kemudian tercipta senyum manis di wajah tampan Alvin. Akupun ikut tersenyum melihatnya.
kamu yang sabar ya sayang. Aku akan selalu ada di samping kamu sampai kapanpun” alvin menarik pelan tubuhku dan memelukku erat.
Aku hanya bisa mengangguk pelan dalam pelukannya.
*
Kondisiku semakin memburuk dan Alvin masih setia menemaniku. Ia selalu datang setiap pulang sekolah dan tak jarang meminta kepadaku untuk menemaniku hingga esok pagi menjelang.
Siang ini Alvin datang menjengukku kerumah sakit dengan membawa seikat tulip putih ditangannya. Senyum selalu mengembang dibibir manisnya.
pasti Via suka’ batinnya.
Semakin lama langkahnya semakin cepat. Kini Alvin setengah berlari menuju ruang rawat ku ketika beberapa perawat berlari menghampiri kamar ku. Alvin semakin cemas hingga tak sadar tengah menjatuhkan seikat tulip putih itu.
Alvin kemudian menahan salah seorang suster dan bertanya “pasien kenapa sus ? Via kenapa ?” panik Alvin.
pasien kritis. Maaf mas saya harus masuk”
Kaki Alvin seakan tak sanggup menahan bobot tubuhnya sendiri dan terduduk lemah dilantai seraya memanjatkan doa untukku.
Tak lama dokter keluar dari ruang rawatku dengan raut wajah yang susah diartikan. Alvin menghampiri dokter tersebut.
via ga papakan dok, dia baik-baik ajakan dok ?” tanya Alvin cemas.
Dokter menggeleng pelan seraya berkata “kami tidak dapat melakukan banyak hal. Sekarang kita hanya dapat menyerakan semuanya ke tangan Tuhan. Permisi” dokter itupun kemudian berlalu dari hadapan Alvin.
Kemudian Alvin berjalan dan membuka pintu, lalu masuk ke dalam ruangan itu dan menjumpaiku. Aku tersenyum miris melihatnya.
Vin apa kata dokter tadi ? udah ga lama lagi ya ?” tanya ku dengan suara bergetar.
suitttt.... Jangan ngomong sembarangan. Kamu ga akan kemana-mana, kamu akan tetap disini. Selalu disini sama aku” ujar Alvin lalu meneteskan air mata dan langsung di hapusnya dengan kasar.
Vin, aku punya permintaan terakhir sama kamu. Dan aku ingin kamu mengabulkannya” Alvin mengangguk.
kamu mau apa ? pasti aku kabulin. Dan jangan pernah kamu ucapkan kata-kata terakhir sama aku, aku ga suka kamu ngomong kaya gitu” ucap Alvin.
Aku tersenyum “aku ingin kelapangan basket dekat rumah oma kamu itu. Aku pengen kesana” alvin langsung merubah ekspresi wajahnya dan segera ku sambung lagi perkataan ku “pleasee.... aku mohon sama kamu” ucapku memohon.
tapi Vi, apa dokter mengizikan?” tanya Alvin ragu.
dokter pasti ngizinin” aku meyakinkan.
oke aku akan antar kamu kesana, tapi kamu harus berrjanji satu hal sama aku. Kamu harus janji ga akan kenapa-kenapa saat disana” aku hanya tersenyum menanggapi permintaan Alvin.
*
Alvin sukses mendaratkanku tepat dipelukkannya sesaat setelah kami sampai dan duduk ditepi danau itu. Aku memandang danau itu dengan senyum merekah.
huhhh... mungkin ini kali terakhirnya aku menginjakkan kaki ku didanau ini, dan mungkin juga kali terakhir aku merasakan hangatnya pelukan Alvin. Kekasihku. Tuhan sepertinya aku belum seiap meninggalkan semua ini, aku belum sanggup melihat orang yang ku sayang menangis karena ku. Aku belum siap menghadapi ini semua Tuhan’ batin ku terus berucap.
namun disatu sisi aku sudah ga sanggup lagi menahan sakit ditubuhku ini, aku ingin cepat-cepat datang menghampirimu Tuhan’ ucapan batin ku terpotong karna sakit dikepala ku kembali mendera kepala ku. Sakit sekali.
Tuhan jika memang ini saatnya kau memanggilku, aku ingin kau selalu menjaga orang-orang yang ku tinggalkan. Aku ingin kau memberi mereka kekuatan untuk menerima kepergian ku. Aku mohon kepada mu Tuhan’ doaku pada Tuhan dalam hati.
Vi... kamu ga papa kan ?” tanya Alvin memecah keheningan diantara kami.
Aku menggeleng lemah kemudian berucap “Vin...” panggilku pelan.
hmmm...”
kalau nanti aku pergi...” ucapanku terpotong oleh Alvin.
akukan udah pernah bilang kalau aku ga suka kamu bicara kayak gitu” sergah Alvin.
Aku tersenyum “jangan potong omongan aku please. Dan mungkin ini saat yang tepat untukku mengungkapkan semuanya. Aku mohon Vin” mohon ku pada Alvin.
Alvinpun mengangguk terpaksa dan aku tersenyum lagi.
Vin, kalau aku pergi nanti kamu jangan nangis ya. Kamu ga boleh lemah. Oke” aku menghela napas sejenak dan meneruskan kembali kata-kata ku.
Vin, aku sayang banget sama kamu. Nanti kalau aku udah ga ada, kamu harus cari penggantiku ya. Harus yang lebih baik dan lebih cantik dari aku trus kamu harus sayang sama dia seperti kamu sayang sama aku. Kamu bisakan Vin penuhi permintaan aku ?” tanya ku dan Alvin mengangguk dan setetes air mata jatuh ketangan ku dan ku tahu itu air mata Alvin.
Aku merintih pelan dan ku rasa Alvin mendengar rintihan ku itu “kamu kenapa Vi ?” tanyanya.
Aku menggeleng “aku ga papa kok. Oya Vin, nanti kamu jangan lupain aku ya. Trus kamu kirimin salam ku buat Shilla, bi Minah, pak Yadi juga kedua orang tua ku. Bilang ke mereka aku sayang banget sama mereka” aku berhenti sebentar.
Vin... aku mau tidur, aku capek” ucapku pelan hampir seperti bisikan.
kamu jangan tidur Vi. Jangan. Aku mohon” pinta Alvin.
Vin kamu harus bahagia ya walau aku ga lagi disamping kamu. Kamu harus bahagia” ujarku pelan “kamu harus janji sama aku, kamu harus bahagia tanpa aku” ku rasakan Alvin menganggukan kepalanya pelan.
iya Vi, aku janji” aku tersenyum.
kalau gitu aku udah tenang ninggalin kamu” ucap ku lagi sambil memegangi kepalaku.
Vin, aku tidurnya” sambungku lagi.
Semakin lama Alvin merasakan dinginnya tubuhku. Dan ia sudah tahu aku telah pergi meninggalkanya. Alvin semakin mengeratkan pelukkannya dan menangis terisak.
aku janji Vi, aku janji sama kamu kalau aku akan bahagia. Aku akan buktikan semua janji aku’ batin Alvin seraya mendongakkan kepalanya menghadap langit.
tunggu aku disana Vi, aku pasti akan datang dan kita akan kembali seperti semula lagi” gumam Alvin pelan seraya menarik sedikit sudut bibirnya.

END

0 komentar:

Posting Komentar

Design by BlogSpotDesign | Ngetik Dot Com